al-Bayaanaat.com- Sempat vakum/hiatus dari pementasan luring, Teater Aswad kembali menampilkan wajahnya. Pementasan Teater Aswad pertama kali digelar pada pertengahan Oktober 2018 yang dirintis oleh angkatan 2016, kemudian dilanjutkan oleh angkatan 2017. Namun, dikarenakan terkendala oleh pandemi pementasan angkatan 2017 yang mulanya luring harus dirubah menjadi daring dan kemudian diunggah melalui kanal YouTube.
Di tahun ke-3 perkuliahan prodi Bahasa dan Sastra Arab (BSA), Aning Ayu Kusumawati dosen pengampu mata kuliah dramaturgi berharap pementasan dapat dilakukan dengan model semi daring yaitu dipentaskan secara luring kemudian daring dengan diunggah ke YouTube sebagai pembelajaran mahasiswa secara umum dan prodi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) secara khusus.
Pementasan pertama tahun ini dibuka dengan kisah “Alibaba dan Para Penyamun” yang berasal dari cerita rakyat 1001 malam Persia. Cerita tersebut diadaptasi menggunakan bahasa Indonesia dan mengalami pembaharuan dan improvisasi. Ada empat naskah yang akan dipentaskan yang pertama yaitu “Ali Baba dan Para Penyamun” dari kelas A, “Mawakib Al-Ahrar” karya Najib Al-Kilani dari kelas C, “Mamu Zain” dari kelas B, terakhir “Addudah Wa Tsu’ban” karangan Ali Ahmad Bakatsir dari kelas D.
“Ali Baba dan Para Penyamun” menjadi pembuka pentas dramaturgi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) angkatan 2018. Ali Baba seorang tukang kayu miskin yang hidup sederhana bersama istrinya yang bernama Layla. Berbeda nasib dengan saudaranya, Kasim dan istrinya Samirah yang hidup bergelimang harta. Nasib mujur Ali Baba datang saat ia mengetahui goa para penyamun yang hanya mampu dibuka dengan mantra ajaib “Alakazam”. Ali Baba yang kaya mendadak membuat Kasim kebakaran jenggot dan memaksa Ali Baba mengakui tempat ia mendapatkan harta. Keserakahan inilah yang menjadi awal malapetaka bagi Kasim dan istrinya, Kasim yang gila harta harus membayar dengan nyawa, karena dibunuh para penyamun.
Ali Baba yang tahu kakaknya dibunuh, segera menuju sarang penyamun, mengambil jasad Kasim. Penyamun yang marah akan hilangnya tubuh Kasim mencari Ali Baba berniat membunuhnya. Namun rencana jahat penyamun dapat digagalkan oleh Morgiana, budak cerdik dan pemberani. Beberapa plot jenaka dan tegang dihadirkan dalam drama ini. Pesan yang ingin disampaikan adalah jangan serakah dan tamak terhadap harta, karena keserakahan terhadap harta akan menimbulkan kesengsaraan. Total ada sepuluh adegan yang dipentaskan pada Rabu malam 5 Januari 2021, selanjutnya adegan tersebut akan direkam ulang dan diunggah ke kanal YouTube.
Naskah Ali Baba dan Para Penyamun ditulis oleh Monica Diah Ajeng Sekar Ayu dan Shania Ikramah Putri mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab (BSA) angkatan 2018 selama dua minggu, kemudian diserahkan ke Ibu Aning dosen pengampu dramaturgi. Setelah disetujui oleh dosen pengampu, naskah dibedah kemudian dilakukan pembagian peran aktor dan pembagian kerja.
Monica selaku pengadaptasi naskah mengaku ingin mengambil nuansa baru dalam pementasan, maka cerita yang diambil adalah Ali Baba dan Para Penyamun. Dua faktor yang ia tegaskan dalam memilih tema tersebut yaitu waktu yang terbatas dan ketertarikan pada tokoh Ali Baba menginspirasi untuk digarap.
Para aktor dipilih secara sukarela beradasarkan anggota kelas yang sudah datang lebih dulu ke Yogyakarta, perlu tiga bulan lebih untuk mendalami karakter. Dalam proses pembetukan karakter, Teater Aswad dibantu oleh teman-teman Teater Eska yaitu dengan latihan vokal dan fisik. Jadwal latihan tiap kelas berbeda sesuai dengan kesepakatan mulai tiga hari, empat hari, dua hari dalam seminggu dan akan lebih sering menjelang hari-H pementasan. Selain vokal dan fisik yang dilatih, kritik dan saran dari teman dan pembimbing juga menambah kepercayaan diri para aktor. Stage Manager juga mengambil peran dalam mengontrol kesehatan aktor dengan menyediakan vitamin agar tidak sakit.
Azka Purnama El Faatih selaku sutradara menjelaskan dalam pementasan ini melibatkan seluruh anggota kelas, mulai dari aktor, pimpinan produksi, stage manager yang mengontrol latihan para aktor, sutradara yang menemani latihan para aktor, setting yang menerjemahkan naskah dalam latar, lalu ada properti yang mengurus semua properti baik properti hidup ataupun mati, lighting yang mengatur pencahayaan, wardrobe yang mengatur tentang kostum-kostum di pementasan teater, kemudian ada tim make-up yang merias wajah para aktor, dan pengadaptasi naskah. Ia mengaku masih awam dalam pementasan drama dan meminta bantuan Teater Eska untuk membimbing seluruh anggota dalam berproses di dramaturgi “Dengan demikian Teater Aswad ini menjadi binaan Teater Eska,” tutur Azka saat ditemui al-Bayaanaat (8/1). Ia juga menyampaikan ada banyak dampak positif dramaturgi salah satunya mendekatkan kembali hubungan kekeluargaan dan kebersamaan yang terpisah karena keadaan pandemi “yang jauh-jauh menjadi dekat kembali.”
Baik Azka dan Rifaldi Iwan selaku pimpinan produksi terkejut ketika mengetahui jumlah penonton saat itu mencapai 60 orang, padahal kuota yang disediakan hanya terbatas untuk 20 orang. Hal ini menunjukkan antusias penonton terhadap Teater Aswad “Respon-respon penonton ketika ada adegan yang lucu mereka ketawa, ada adegan yang tegang mereka tegang. Itu menjadi sebuah apresiasi bagi kami bahwa telah menangkap maksud penonton dan hati penonton ternyata,” terang Azka di akhir wawancara (8/01) “dari Bu Aning sendiri alhamdulillah respon beliau juga apresiatif.”
Salah satu penonton yang bernama Bagas Ihsanul Umam menyampaikan komentarnya “Kami seolah-olah gak mengenali pribadi para aktor, karena peran yang mereka bawakan.” Ujarnya usai pementasan (5/01). (Rahmat/Hidayati)
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan