Al-Bayaanaat.com Arabic Corner gelar diskusi nasional ke-11, pada Sabtu 31 Juli lalu. Diskusi yang dipimpin oleh Dr. Muhamad Masrukhi, M. Hum. Ini mengangkat tema “Bahasa Arab Fusha dan ‘Amiyah”. Diskusi berlangsung mulai pukul 13.00-14.30 WIB dan dibagi menjadi empat sesi. Sesi pertama pembukaan dan sambutan, kedua pemaparan materi, ketiga tanya jawab, dan keempat penutup.
Pada diskusi seri ke-3, Arabic Corner pernah membahas bahasa Arab ‘amiyah bersama Dr. Hamzawi Fahim Usman dari Sekolah Tinggi Islam Al-Mukmin (STIM) Surakarta. Pembahasan kali ini dipaparkan Dr. Aprijon Efendi, Lc., M.A., dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Kasim Riau. Peserta diskusi berasal dari berbagai khalayak umum, mulai dari dosen, mahasiswa lokal dan mahasiswa luar negeri seperti Malaysia dan Afrika.
Sambutan disampaikan Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A. yaitu pendiri SHC Arabic Corner. Beliau berharap dapat menghadirkan kajian bahasa Arab, khususnya linguistik dan dapat merambat ke kajian sastra dan budaya Arab. Beliau memaparkan bahasa Arab fusha dan ‘amiyah penting untuk dipelajari karena memiliki perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan pengalaman kuliahnya di SOAS (the School of Oriental and African Studies) University London, banyak sahabat dari Timur Tengah yang menyayangkan para pengajar bahasa Arab di Indonesia tidak paham dialek ‘amiyah saat berdialog dengan mereka. Syamsul mengambil contoh bahasa Jawa Krama dan Ngoko sebagai analogi bahasa Arab fusha dan ‘amiyah sebagai penutup sambutannya.
Menurut Aprijon, ‘amiyah perlu dikenalkan kepada masyarakat Indonesia, khususnya para pelajar bahasa Arab. “Andaikata Indonesia diciptakan oleh Allah berbahasa Arab, maka pastilah kita akan memiliki dialek tersendiri berbeda dari dialek-dialek negara Arab,” tuturnya. Beliau menambahkan ‘amiyah itu bukan bahasa, melainkan dialek menurut kesepakatan ulama.
Ada beberapa jenis dialek ‘amiyah berdasarkan faktor geografisnya, yaitu al-‘Amiyah al-Hijaziyah, al-‘Amiyah al-Syamiyah, al-‘Amiyah al-Khalijiyah, al-‘Amiyah al-Sudaniyah, al-‘Amiyah al-Maghribiyah, dan al-Amiyah al-Mishriyah yang sering dipakai dalam industri sinema dan musik. Beliau juga menjelaskan dengan detail kaidah masing-masing dialek mulai dari penggunaannya, dan komparasinya dengan bahasa Arab fusha. Ia juga menawarkan buku karangannya “Cara Mudah Berbahasa Arab ‘Amiyah” terbitan Aswaja Pressindo Yogyakarta.
Di sesi tanya jawab, salah satu peserta menanyakan pengaruh dan hukum penggunaan ‘amiyah dalam membaca ayat Alquran oleh qori penutur Arab. Aprijon membenarkan dialek ‘amiyah berpengaruh terhadap bacaan al-Quran, tetapi tidak secara menyeluruh. Sebab beberapa dialek ada yang diperbolehkan dan beberapa lainnya tidak diperbolehkan. Diskusi ditutup dengan penyampaian kesimpulan oleh moderator dan penyerahan sertifikat kepada para pemateri. (Qoyumul/Hidayati)
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan