Albayaanaat.com - SHC Arabic Corner kembali adakan diskusi rutin ketujuh pada pukul 13.00-15.30 WIB (10/04) yang disiarkan secara langsung melalui platform Zoom, Youtube, Facebook, Twitter. Pada kesempatan ini, diskusi yang dinarasumberi langsung oleh Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Drs. Hajriyanto Y. Thohari, M.A. periode 2019-sekarang mengupas tuntas tentang koeksistensi kota Beirut.
Seperti kutipan yang diambil dari materi yang beliau paparkan yaitu, “Lebanon is more than a country, it is a message of freedom and an example of pluralism for East and West” yang berarti “Lebanon lebih dari sekedar sebuah negara dan bangsa, Lebanon adalah pesan kebebasan dan contoh pluralisme bagi Timur dan Barat”, Beirut sangat kental dalam hal pluralisme dan multikulturalisme dibanding kota lain di Lebanon. Hal ini berbeda dari sebagian besar kota di Lebanon yang lebih condong kepada segregasionalis. Beirut merupakan satu-satunya kota di negara Arab yang memiliki keunikan pada hari liburnya. Umumnya, negara Arab memilih hari Jumat sebagai hari libur, tetapi berbeda dengan Beirut yang memilih hari Minggu sebagai hari libur.
Beirut mendapat sebutan “The City of Coexistency” dengan berbagai alasan. Salah satunya yaitu ketika mengunjungi Beirut, di sana akan nampak hal yang tidak lazim ditemukan di negara lain. Contohnya pada tempat ibadah, Beirut memiliki masjid dan gereja terbesar yang terletak berhadapan. Masjid tersebut bernama masjid Muhammad Amin dan gereja katedral dihadapannya bernama Saint George.
Kebudayaan Arab dan Barat dapat berjalan berdampingan tanpa menimbulkan masalah di kota ini. Penduduknya dalam kehidupan sehari-hari biasa berkomunikasi menggunakan tiga bahasa yaitu bahasa Arab, Inggris, serta Prancis.
Tidak hanya itu, Beirut dikenal sebagai kota yang memiliki penerbit buku klasik terbaik. Terdapat percetakan Arab pertama yang diciptakan pada abad ke-16. Sekitar 70% buku yang diterbitkan oleh percetakan Beirut merupakan pesanan yang akan diekspor ke negara lain. Pada tahun 2010, Beirut terpilih sebagai “Ibu kota Buku Dunia” oleh UNESCO. Beirut juga menjadi pelopor modernisasi bahasa Arab di Lebanon. Hasil modernisasi tersebut menghasilkan bahasa Arab yang digunakan sehari-hari mendekati bahasa Arab fusha.
Selain itu, perayaan tahun baru di Beirut mendapat sorotan dari berbagai kalangan karena digelar secara luar biasa baik dari segi keindahan maupun biaya yang dikeluarkan. Tidak heran, Beirut beberapa kali mendapatkan penghargaan The Top 10 Best New Year’s Eve Celebrations dari majalah National Geographic.
Diskusi kali ini berjalan dengan sukses dan berhasil meraih atensi kurang lebih 1465 penonton dari seluruh platform yang digunakan. (Mifrah/Hidayati)
Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksah. Terimakasih.
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan