Albayaanaat.com-Departemen Intelektual dan Keilmuan HMPS Bahasa dan Sastra Arab sukses menyelenggarakan
Webinar pada Sabtu (10/10/20). Mengusung tema Peran Sastra Arab di Bumi
Nusantara, panitia mengundang Drs.
Hamdy Salad,
M.A. selaku dosen Agama dan Budaya Islam ISI Yogyakarta
dan Kiai M.
Jadul Maula seorang budayawan dan Pengasuh Pondok Budaya Kaliopak. Adapun acara dipandu oleh
Dosen Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tika Fitriya M.Hum.
Dalam kesempatan kali ini, Hamdy Salad dan M. Jadul Maula, mengambil
perspektif pembahasan yang berbeda. Hamdy Salad memaparkan bahwa tema yang
diberikan oleh panitia sangatlah umum sehingga terasa sulit untuk dipetakan
dalam pemikiran yang singkat. Oleh karena itu, materi
yang disampaikan beliau bersifat reflektif berdasarkan pembacaannya terhadap eksistensi sastra Arab sebagai bagian
utama dari dinamika sejarah dan perkembangan sastra Islam.
Menurutnya, peran sastra Arab di bumi Nusantara dapat dilihat melalui ranah kultural, ranah estetik, dan ranah tekstual. Dalam ranah kultural, hampir semua bentuk tradisi dan budaya masyarakat muslim di pelbagai wilayah Indonesia memiliki unsur-unsur simbolis yang dapat dilacak dan dikaitkan dengan sejarah dan perkembangan karya-karya sastra Arab.
Baca juga :
Mantap! HMPS Sastra Inggris UIN Sunan Kalijaga Jalin Kerja Sama dengan IAIN Madura
Salah satu contonya ialah, tradisi selawat dengan pelbagai manifestasinya, baik dalam bentuk
ekspresi karya seni maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kajian dan penelitian
mengenai hal tersebut sudah tidak terhitung jumlahnya. Namun, ada satu tradisi yang
menurutnya sangat menarik untuk dikaji dan diteliti secara akademik, yaitu
lahir dan berkembangnya tradisi lisan dalam pembukaan pidato (muhadlarah,
khitabah), khususnya di kalangan kaum santri.
Dalam ranah estetik, peran sastra Arab di bumi Nusantara dapat
dilihat melalui lahirnya kecenderungan dan wacana sastra Islam dengan pelbagai istilah
turunannya seperti; sastra pesantren, sastra sufistik, sastra kaffah, sastra
zikir, sastra profetik dan lain sebagainya. Akan tetapi, kajian-kajian mengenai
hal ini pada umumnya hanya dikaitkan dengan perkembangan teks-teks sastra Arab
yang memiliki kecenderungan sama. Masih jarang ada penelitian yang
menghubungkan kecenderungan tersebut dengan wacana, teori, dan konsep sastra yang
dikembangkan oleh para sastrawan dan pemikir sastra Arab.
Baca juga :
Hal Ikhwal yang Tak Terduga
Dalam ranah tekstual, peran sastra Arab di bumi Nusantara dapat
ditelisik melalui kecenderungan lahirnya teks-teks sastra lisan maupun tulisan
yang berkembang di kalangan masyarakat Melayu-Indonesia yang kemudian disebut
dengan istilah suluk, babat, serat, syair, sajak, pantun, hikayat, kisah,
peribahasa dan lain sebagainya. Kajian mengenai masalah ini juga sudah melimpah dan bahkan
sudah kehilangan daya pikatnya. Tampaknya, kita memang perlu melangkah dan
menemukan kaitan, pengaruh, dan peran sastra Arab dalam konteks perkembangan sastra Indonesia
kontemporer yang menurut Hamdy adalah sebuah karya yang lahir pada abad 21 atau boleh juga disebut dengan sastra kekinian.
Beda halnya dengan yang disampaikan oleh M. Jadul Maula yang membuka pembahasan dengan
paradigma "Arab Digarab, Jawa Digawa" sebagai cermin dari hubungan
yang harmonis antara kebudayaan Arab dan kebudayaan Nusantara. Menurutnya, berdirinya
kerajaan Islam pertama di Jawa, yaitu
Kerajaan Demak pada akhir abad 15 merupakan momentum
penting bertemunya kebudayaan Arab dan Jawa. Kerajaan Demak yang disangga oleh
para tokoh spriritualis yang dikenal dengan istilah Walisanga segera mengambil langkah
strategis untuk mengembangkan agama sekaligus membangun kembali peradaban Jawa
yang sedang runtuh.
Al-Bayaanaat : Wadah Mahasiswa Bahasa dan Sastra RawatLiterasi
Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. H. Ibnu Burdah, S.Ag,M.A
Prinsip terpenting yang dikembangkan dalam proses transvaluasi nilai
lama dan melahirkan nilai baru adalah ‘keselarasan’ dan ‘keseimbangan’ seperti yang diungkapkan Sunan Kalijaga dalam suluk Syekh Melaya
"anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli" yang
berarti "menyelaraskan berbagai aliran air di dalam sungai, ikut mengalir tapi
tidak terbawa arus".
Materi yang dipaparkan narasumber sangatlah menarik. Terbukti dengan respon positif dari peserta seminar pada saat sesi tanya jawab berlangsung. Beberapa peserta nampaknya sangat tertarik dengan penyampaian kajian kontemporer dan Islam Nusantara. Hingga akhir acara ini ditutup, terdapat beberapa peserta yang masih mengacungkan tangan untuk bertanya. Namun mengingat keterbatasan penggunaan zoom meeting, Tika Fitriya selaku moderator menutup acara dengan ucapan terima kasih dan harapan semoga diadakannya acara diskusi bagian kedua.[]
Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksah. Terimakasih.
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan