Dalam pemaparannnya, setidaknya ada tiga gelombang protes rakyat di sejumlah negara Arab selama sepuluh tahun terakhir ini. Gelombang pertama terjadi pada akhir tahun 2010-2012 yang salah satunya ditandai dengan keberhasilan kelompok-kelompok Islamis masuk ke panggung kekuasaan setelah penjatuhan rezim meskipun kelompok-kelompok tersebut dianggap tidak “berkeringat” dalam proses gerakan.
Baca juga :
Al-Bayaanaat : Wadah Mahasiswa Bahasa dan Sastra Rawat Literasi
Gelombang kedua terjadi pada awal dan pertengahan tahun 2019 yang ditonjolkan dengan penolakan terhadap Islamisme (Islam politik) dan penolakan pihak militer untuk berhadapan dengan para demonstran. Terakhir, gelombang ketiga terjadi pada akhir tahun 2019 dan awal 2020 dengan adanya gelombang baru dari gerakan rakyat Arab untuk perubahan, yakni perlawanan terhadap kekuasaan para elit sektarian yang menguasai sumber-sumber ekonomi dan politik.
Melihat kompleksitas yang terjadi selama satu dekade, Ibnu Burdah meyakini bahwa arah perubahan politik dunia Arab tidak akan tunggal, tetapi sangat beragam. Akan ada jalan yang berbeda-beda yang ditempuh negara-negara atau sub-kawasan di dunia Arab, khususnya dalam perkembangan dan tren politiknya.
Secara singkat, Ibnu Burdah menyampaikan bahwa masyarakat dan politik di dunia Arab mengalami perubahan-perubahan sebagaimana masyarakat lain, akan tetapi politik di dunia Arab jauh lebih lambat dalam mengadaptasikan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Oleh karenanya, banyak bermunculan gerakan-gerakan protes masyarakat yang kemudian berkembang menjadi gelombang yang massif dan mengundang keterlibatan banyak aktor.
Di samping itu, dengan
dorongan pesatnya perkembangan tekhnologi informasi, khususnya media-media
baru, tekanan perubahan-perubahan tersebut semakin kuat, tetapi pihak-pihak
yang tidak menginginkan adanya perubahan itu pun juga tidak kalah besar. Dengan
demikian, arah perubahan politik di berbagai negara Arab mengalami nasib yang
beragam sesuai dengan keragaman, pengalaman, dan modal sosial mereka serta
keragaman aksi dan respon berbagai aktor yang terlibat di dalamnya.
Baca juga :
Cadar Dalam Kontruksi Budaya Kita
Dalam masa pandemik covid-19, kata Ibnu Burdah, respon dunia Arab terhadap pandemik tersebut makin menunjukkan lemahnya kapasitas dan kapabilitas negara-negara dan masyarakat-masyarakat Arab. Berdasarkan kriteria WHO, tidak ada satu pun negara Arab yang siap 100% dalam menangani wabah Covid-19. Sebagian besar negara Arab termasuk dalam kategori negara-negara yang tidak siap (lemah).
Kriteria yang digunakan dalam penilaian WHO (World Health Organization) yang melibatkan banyak pakar dari berbgai bidang ini antara lain adalah kemampuan negara untuk melakukan deteksi dini terhadap ancaman wabah, kemampuan negara dalam mencegah sebab-sebab penyebaran virus itu, dan kapasitas institusi kesehatan negara dalam melakukan penanganan terhadap penderita virus ini serta kemampuan negara dalam melindungi tenaga medisnya.
Adapun pengukuhan Guru Besar kali ini berbeda dengan pengukuhan Guru Besar sebelum-sebelumnya. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan pembatasan sosial dalam perkumpulan. Selain dilaksanakan secara langsung dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang ada, acara seremonial itu juga berlangsung secara live streaming, baik disiarkan langsung melalui chanel youtube UIN Sunan Kalijaga maupun zoom meeting.
Baca juga :
Masuknya Perempuan ke Dunia Sastra
Selain dihadiri oleh beberapa anggota keluarga, dosen Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, dan tamu undangan lainnya, acara tersebut juga dihadiri oleh salah satu tokoh besar UIN Sunan Kalijaga, yakni Amin Abdullah, selaku rektor UIN Sunan Kalijaga periode 2002-2006 dan 2006-2010. Meski tidak mengikuti serangkaian acara upacara pengukuhan secara keseluruhan dikarenakan berbenturan dengan acara lainnya, Amin Abdullah tetap menyempatkan hadir sekedar untuk mengucapkan selamat dan berbincang-bincang sejenak dan foto bersama dengan Ibnu Burdah beserta keluarga.
Dalam acara ini, al-Makin, selaku Rektor UIN berpesan agar Ibnu Burdah tetap istikomah sebagai seorang ilmuan dan tetap berkarya meski sudah ditetapkan menjadi Guru Besar.
"Burdah, sebagai Guru Besar harus mampu mengajarkan ilmu pengetahuan, aktif dalam dunia riset, dan tetap bersikap loyal pada UIN Sunan Kalijaga sekaligus memahamakan kepada masyarakat Indonesia, khususnya yang masih begitu awam terhadap dunia Arab bahwa dunia Arab bukanlah Arab ketika Islam datang, tetapi dunia Arab begitu dinamis dan teologis” ujar al-Makin menutup sambutan seremonial siang itu.[]
Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksah. Terimakasih.
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan