Judul Buku :
Rahasia Salinem
Pengarang :
Brillian Yotenega & Wisnu Suryaning Adji
Penerbit :
Storial Publishing
Tahun Terbit
& Cetakan : 2019, I
Tebal
halaman: 387 hlm
Harga :
Rp120.000,00
Pernahkah di pikiran teman-teman terbersit atau mungkin penasaran
dengan kehidupan keraton, budaya, atau hal-hal lain yang berkaitan dengannya?
Jika iya, novel ini mungkin bisa menjawab rasa penasaran kalian. Novel ini
memiliki alur maju mundur dengan mengambil setting di Solo pada kisaran
tahun 1923, tepatnya saat masa pendudukan Jepang di Indonesia, sampai tahun
2013. Novel ini berkisah tentang seorang abdi dalem, Salinem, yang mengabdi
kepada keluarga keraton selama bertahun-tahun.
Kisah dimulai ketika Salinem meninggal dunia pada tahun 2013.
Masalah muncul ketika keluarga besar keraton membahas tentang posisi Mbah Nem
dalam pohon silsilah keluarga. Dari sinilah terbuka sebuah rahasia bahwa Mbah
Nem bukanlah keluarga kandung mereka, melainkan hanya seorang pembantu. Tyo,
salah satu cucu kesayangan Mbah Nem, terkejut mengetahui hal itu. Lama-lama ia
mengetahui bahwa Mbah Nem hanyalah sahabat dari eyang kandungnya.
Rasa penasaran Tyo menjadi-jadi sehingga ia
menelusuri jejak Mbah Nem melalui tempat-tempat yang pernah disinggahinya dan
dari rahasia masakan pecel Mbah Nem yang melegenda. Satu per satu tabir rahasia
mulai terbuka. Tyo selalu bertanya-tanya, jika memang benar Mbah Nem hanyalah
sahabat baik dari eyang kandungnya, lantas apa motivasi Mbah Nem untuk bertahan
sampai satu abad lamanya dengan keluarga mereka hingga beliau sendiri tidak
menikah dan memilih mengabdikan dirinya pada keluarga bangsawan
tersebut.
Dengan dibalut kisah sejarah yang tidak
membosankan, kisah pencarian jejak Salinem yang dilakukan oleh Tyo di tahun
2013, dan kisah kehidupan Salinem sendiri bersama sahabatnya di tahun 1923
membuat novel Rahasia Salinem cukup unik.
Pembaca akan selalu dibuat penasaran oleh rahasia yang yang
dimiliki Salinem Persahabatan, cinta, sejarah hingga resep makanan legendaris
semua ada di dalam cerita. Chemistry yang dibangun di dalam novel ini
akan membuat pembaca ingin menyelesaikan ceritanya. Selain itu, penggunaan gaya
bahasa yang sederhana yang digunakan penulis mampu menyambung benang merah
antara masa silam dan masa sekarang secara sempurna.
Novel ini sebagian berisi dialog bahasa Jawa
sehingga pembaca yang tidak tahu sama sekali tentang bahasa Jawa akan kesulitan
untuk memahami kisah di dalam novel ini. Mungkin penambahan catatan kaki akan
sangat membantu bagi pembaca. Novel ini juga menggunakan sedikit tanda baca
sehingga membuat para pembaca agak bingung dalam memahami isi novel ini.
”Jalani saja” adalah sepenggal kata-kata dari Salinem yang cukup
diingat sepanjang membaca novel ini. Apa pun masalah yang terjadi dalam hidup
ini harus dihadapi bagaimanapun cara dan keadaannya. Ibarat makan maka makanlah
apa yang tersedia di meja dan janganlah mengeluh karena hanya akan berakhir
sia-sia.
Novel ini mengajarkan tentang tulusnya
persahabatan yang tidak melihat perbedaan status dalam hubungan sosial.
Salinem, Kartinah, dan Soeratmi tidak pernah membedakan dan menyembunyikan apa
pun antara satu dengan yang lainnya. Persahabatan dan cinta mengalir apa adanya
bagi mereka yang mempercayainya. Novel ini sangat direkomendasikan bagi mereka
yang menyukai sejarah dan petualangan. Ada banyak hal baru yang bisa diketahui
dan dipelajari dalam novel ini.
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan