Ilustrasi gambar https://therohani.com/ |
Oleh Fahmi Alwi
Wahai puisi, engkaulah ayahku
Kau dekap jiwaku dengan dekapan
dendang raga yang menyanyikan
irama diiringi rima
Duhai prosa, engkaulah ibuku
Kau peluk ragaku dengan pelukan
untaian jiwa yang menceritakan kisah
rapi nan terperinci
Ayah...
Dengan ritme sendu lafazmu, rasa
takutku tumpah
Melalui nyanyian riang suaramu, rasa
harapku tercurah
Ibu...
Dengan susunan takut hurufmu,
rasasedihku pecah
Melalui rangkaian harap kalimatmu,
rasa senangku meledak
Maka, inilah aku,
seorang putri dari
sepasang sastra
Jika tanpa anugerah dan welas-asihnya,
niscaya aku termasuk para merana
Karena pada puisi dan prosa ada
tanda bagi para pemilik sastra
Merekalah yang senantiasa
mengingat bahasa
Dan memikirkan puisi serta prosa
Kemudian mereka berkata:
“Tiadalah tercipta, hal ini sia-sia”
Baca juga:
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan