Oleh
: Rahning Asri Anum
Masih
ingatkah kamu dengan cerita novel karangan sastrawan ternama Indonesia yang
berjudul Tenggelamnya Kapal Vanderwijk? Hamka berhasil memotivasi para pembaca novelnya
dengan menciptakan tokoh fiksi bernama Zainudin yang mengalami kegalauan yang
maha dahsyat akibat ditinggal nikah oleh kekasihnya, Hayati, dan kemudian
bangkit menjadi seorang sastrawan besar setelah menyadari tak ada gunanya
meratapi kesedihan. Begitulah dampak positif sastra bagi peminatnya yang tidak hanya
di dunia fiksi, melainkan juga di dunia nyata. Hamka telah membuktikannya.
Sastra
sudah tidak asing lagi di telinga kita, terlebih di kalangan pemuda generasi
milenial. Sayangnya, sebagian dari kita seringkali tidak tahu apa definisi dan
objek sastra itu sendiri. Kita sering menganggap bahwa semua keluh kesah dan
perasaan gundah gulana yang kemudian diungkapkan melalui tulisan itu adalah
sastra. Ini tidak salah. Namun, hal tersebut belum menggambarkan definisi
sastra secara menyeluruh.
Lalu,
apa itu sastra? Menurut Sumardjo dan Saini (1997: 3-4) sastra adalah ungkapan
pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan
alat bahasa. Saryono (2009: 18) menambahkan bahwa sastra dapat berupa
pengalaman empiris-natural dan nonempiris-supranatural. Artinya, sastra mampu
menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap orang
dapat menciptakan karya sastranya sendiri.
Salah
satu hal penting bagi seseorang yang ingin menulis karya sastra atau menjadi
sastrawan adalah dengan mengetahui orang-orang yang namanya menjadi besar melalui
karya sastra. Banyak sastrawan besar di dunia yang memiliki latar belakang yang
mengharukan dan lahir dari keputusasaan, kemudian mereka menjadikannya cerita yang
penuh makna dan menginspirasi dengan berbagai variasi dan kreasi. Hal ini
menunjukkan besarnya dampak sastra bagi masyarakat karena sastra tidak hanya sekadar
artefak (barang yang mati), tetapi
sastra merupakan sosok yang hidup dan berpengaruh dalam masyarakat.
Berikut
adalah sastrawan yang dapat menggunggah semangat untuk bangkit dari kegalauan
baik itu karena kekasih, keluarga, atau bahkan masalah yang lebih pelik.
Buya
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)
Siapa
yang tak kenal dengan penulis novel fenomenal Di Bawah Lindungan Ka’bah ini.
Ya, ialah Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan sebutan
Hamka. Hamka adalah seorang ulama juga sastrawan ternama Indonesia. Perjalanan
hidupnya tidak semanis penghargaan
yang ia dapatkan melalui karya-karyanya yang menggetarkan bumi Nusantara. Salah
satu karya terbesarnya Tafsir al-Azhar lahir di dalam penjara saat ia dituduh atas
hal yang tidak dilakukannya. Ia ditahan selama 15 hari dan diinterogasi dalam pemeriksaan
yang digambarkannya “Tidak berhenti-henti, siang malam, petang pagi. Istirahat
hanya ketika sembahyang dan makan saja”. Begitulah ia melewati pemeriksaan yang
kejam dan mengalami keputusasaan hingga sempat berpikir untuk bunuh diri. Namun,
ketika teringat wajah jemaahnya, ia mulai bangkit, menuliskan karya gemilang
Tafsir al-Azhar.
Ghassan
Kanafani
Mungkin
nama ini tidak asing lagi di telinga pembaca terutama bagi pembaca yang
menggeluti dunia kesusasteraan Arab. Karya-karya Ghassan Kanafani tak pernah
lepas dari keadaan fisiksosial yang dialaminya.
Ghassan Kanafani adalah seorang sastrawan Berkebangsaan Palestina yang ikut mengungsi karena perang yang disebabkan oleh tentara Israel. Ia mengabdikan dirinya untuk mengajar anak-anak di sekitar pengungsian.
Di sana, ia mendapatkan inspirasi untuk mengungkapkan apa yang ia dan pengungsi lainnya alami. Penderitaan dan keputusasaan yang ia rasakan tidak menjadi alasan baginya untuk pasrah pada kenyataan hidup yang menyedihkan. Namun, ia jadikan semua itu sebagai tinta untuk mengukir namanya dalam lembaran sejarah. Hingga hari ini, namanya selalu disebut-disebut oleh pembaca sastra di seluruh dunia.
Ghassan Kanafani adalah seorang sastrawan Berkebangsaan Palestina yang ikut mengungsi karena perang yang disebabkan oleh tentara Israel. Ia mengabdikan dirinya untuk mengajar anak-anak di sekitar pengungsian.
Di sana, ia mendapatkan inspirasi untuk mengungkapkan apa yang ia dan pengungsi lainnya alami. Penderitaan dan keputusasaan yang ia rasakan tidak menjadi alasan baginya untuk pasrah pada kenyataan hidup yang menyedihkan. Namun, ia jadikan semua itu sebagai tinta untuk mengukir namanya dalam lembaran sejarah. Hingga hari ini, namanya selalu disebut-disebut oleh pembaca sastra di seluruh dunia.
Manusia
hidup dan eksis karena masalah yang
membayanginya, seperti Hamka dan Ghassan
yang memiliki permasalahan hidupnya masing-masing. Oleh sebab itu, jangan
biarkan masalah melahap habis dirimu dan menyisakan abu-abu penyesalan. Jadikanlah
setiap masalah Sebagai kunci untuk membuka pintu baru.
Salah satu dari sekian banyak pintu adalah pintu sastra, karena sastra adalah kegiatan mengungkapkan pemikiran dan pengalaman melalui tulisan. Oleh karena itu, jadikanlah sastra sebagai pintu untuk menemukan lebih banyak lagi pelajaran.
Salah satu dari sekian banyak pintu adalah pintu sastra, karena sastra adalah kegiatan mengungkapkan pemikiran dan pengalaman melalui tulisan. Oleh karena itu, jadikanlah sastra sebagai pintu untuk menemukan lebih banyak lagi pelajaran.
“Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah dengan pengalaman dan perasaanmu sendiri”. (J.K Rowling)
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan