Mahmoud Darwish Sebagai Penyair Generasi Pertama
Oleh Anna Dzakiyah Drajat(Ilustrasi Gambar: https://electronicintifada.net/) |
Puisi Arab merupakan dokumen perjalanan sejarah yang telah ditulis dengan apik sebagaimana yang kita ketahui sebelum datangnya Islam. Peran seorang penyair yaitu menulis dan mendokumentasikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada kabilahnya. Dikatakan bahwa ‘inna asy-syā’ira kāna lisānu alqabīlati yatagannā bi amajādihā wa yusajjilu ma`āṡirahā ‘seorang penyair adalah penyambung lidah kabilahnya, ia mendendangkan kemuliaankemuliaannya dan mendaftar pengaruh-pengaruhnya’. (as-Sayyid, 2005:265).
Demikian juga, pendapat
mengenai peran karya sastra, khususnya puisi, pada masa awal Islam yang
dikatakan oleh Umar bin Khattab bahwa “as-Syi’ru dīwānu al-‘Arabi wa
tārīkhuhum”, puisi adalah kumpulan riwayat orang Arab dan catatan sejarah
mereka (al-Majzub, tt:14). Dalam kesusastraan Arab modern, anggapan karya
sastra sebagai sumber penulisan sejarah masih diberlakukan sebagaimana yang
dikatakan oleh As-Suyūfiy (2005:167) bahwa “al-Adabu sūratu hayātin li
at-tārīkhi”, sastra adalah gambaran sejarah kehidupan. Lebih khusus lagi
asSayyid (2005:265) mengatakan bahwa annaḥayāta al-adabi al-‘arabiyyi hiya al- ḥayātu
al-ijtimā’iyyatu wa as-siyāsiyyatu allatī tuḥīṭu bihī, kehidupan sastra Arab
adalah kehidupan sosial dan politik yang melingkupi sastra itu.
Baca Juga :
TEATER ASWAD SEBAGAI TONGGAK KEMAJUAN MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA ARAB UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Baca Juga :
TEATER ASWAD SEBAGAI TONGGAK KEMAJUAN MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA ARAB UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Peristiwa pada
tahun 1948 dan 1967 merupakan dua peristiwa besar yang menyebabkan hilangnya
sebagian besar wilayah Palestina dan hak-hak rakyatnya. Pertempuran antara
Israel dan Palestina merupakan rangkaian dari
sebuah konflik panjang yang berakar sejak lama, bahkan jika diruntut
lagi ke belakang konflik dua bangsa ini sudah terjadi di zaman para nabi. Jalur
Gaza merupakan daerah tempat perebutan wilayah dua bangsa ini. Konflik Israel
dan Palestina berlangsung selama bertahun-tahun dan telah memakan korban yang
tidak sedikit. Akibat dari agresi militer ini menyebabkan banyak wanita dan
anak-anak yang menjadi korban, bahkan tentara Israel melakukan blokade terhadap
Palestina, sehingga bantuan-bantuan berupa makanan, pakaian, obat-obatan, dan
peralatan medis yang berasal dari negara lain tidak diperbolehkan memasuki
Wilayah Palestina.
Hal tersebut merupakan suatu
tragedi kemanusiaan yang dialami oleh warga Palestina. Hak-hak mereka untuk hidup dirampas oleh
tentara Israel. Kesempatan anak-anak kecil untuk menikmati masa kanak-kanak
direnggut paksa dengan terjadinya peristiwa tersebut. Dengan adanya hal itu,
lahirlah karya sastra yang mencerminkan keadaan sosio-historis negara
Palestina, baik yang bergenre prosa maupun puisi. Karya sastra digunakan
sebagai salah satu alat untuk perjuangan dalam melawan penjajah dan
mempertahankan serta mengembalikan
tanah air yang terduduki yang dalam sastra Arab dikenal dengan sebutan adab
al-muqāwamah.
Istilah adab al-muqāwamah dicetuskan pertama kali oleh Maḥmūd
Darwīsh dan Gassān Kanafāniy. Baik Kanafāniy maupun Darwīsh keduanya adalah
sastrawan Arab-Palestina yang berasal dan bertempat tinggal di Palestina. Maḥmūd
Darwīsh berkarya dalam bentuk puisi, sedangkan Gassān Kanafāniy berkarya dalam
bentuk prosa. Maḥmūd Darwīsh mengemukakan konsep-konsep adab al-muqāwamah itu
melalui berbagai forum, sedangkan Gassān
Kanafāniy mengemukakannya dalam dua bukunya, yaitu Adabu alMuqāwamati fī Falasṭīna
al-Muḥtallati (Sastra Perlawanan di Palestina yang Terduduki) dan al-Adabu
al-Falasṭīniyyu al-Muqāwimu taḥta al-Iḥtilāli 1948-1967 (Sastra Palestina
Perlawanan di bawah Pendudukan
Tahun 1948-1967). Dari keduanya, konsep adab al-muqāwamah kemudian dikutip dan
dikembangkan oleh para kritikus sastra Arab modern, yaitu Yāsīn al-Ayyūbiy,
Suhailah al-Husainiy, Niḍāl aṣ-Ṣālih, dan al-Usṭah.
Baca Juga Karya Sastra Berikut:
Baca Juga Karya Sastra Berikut:
Cerpen RANA
Puisi Denting Malam
Sastra perlawanan atau yang
biasa disebut dengan
istilah adab al-muqawamah terbentuk dari lahirnya keprihatinan yang dialami
oleh orang-orangPalestina, baik masyarakatnya yang berada di dalam wilayah
Palestina maupun di luar wilayah tersebut.
Sastra perlawanan tersebut bertujuan untuk menggerakkan emosi jiwa
bangsa Arab agar timbul pemikiran, rasa keberanian, rasa penuntutan balas, dan
rasa pembelaan sehingga suatu pendudukan dan penjajahan itu harus dihentikan
(Al-Husainiy, 2006:29). Sastra tersebut ditulis oleh
para sastrawan Palestina khususnya dan Arab umumnya (al-Ayyūbiy,
tt:11). Oleh karena istilah sastra perlawanan dalam sastra Arab ini lahir
setelah peristiwa pendudukan Israel atas Palestina pada Mei 1948 dan Juni 1967,
maka dari itu sastra perlawanan dapat dikatakan identik dengan sastra
perlawanan Palestina terhadap Israel (alAyyūbiy, tt:11).
Maḥmūd Darwīsh sebagai
salah satu penyair sastra perlawanan menyatakan bahwa adab al-muqāwamah ‘sastra
perlawanan’ digunakan untuk menolak ketidakadilan dan kesewenangwenangan, baik
yang mengenai rohani maupun jasmani. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan dan
didiamkan, tetapi harus dilawan dengan salah satu alat perlawanannya
berupa “kata-kata dalam puisi yang harus ditulis dengan seluruh perasaan agar
dapat membangkitkan semangat di hati pembacanya dan membangkitkan daya
juangnya”. (Darwīsy, 2005a:132). Dalam sastra perlawanan ini, ada tiga hal
pokok yang dijunjung sebagai bentuk perlawanan tegas masyarakat Palestina
terhadap Israel yaitu, manusia, bumi, dan pokok tanaman.
Menurut perspektif
Arab-Palestina, “manusia”yang dimaksud adalah bangsa Palestina sendiri yang
mana nasib mereka tidak menentu akibat dari penjajahan Israel sehingga terciptalah
sebutan untuk masyarakat palestina ini sebagai bangsa terjajah. Sedangkan
“bumi”dimaksudkan pada bumi atau tanah wilayah Palestina yang menjadi tujuan
utama untuk dimerdekakan dari penjajahan Israel. Sementara itu, “pokok tanaman”
berarti vegetasi atau ragam tetumbuhan, baik berupa pepohonan, semak,
rerumputan, maupun lumut, yang tumbuh karena karakter lingkungan yang meliputi
jenis tanah dan iklimnya. Vegetasi yang
tumbuh di 28 tanah Palestina menjadi penanda eksistensi Palestina dan ragam
kehidupan bangsa Palestina.
Mahmoud Darwish sebagai salah
satu pelopor sastra perlawanan ini, mempunyai pengaruh besar terhadap kondisi
sosial dan kemanusiaan bangsa Palestina yang ia salurkan lewat karya-karyanya
sebagai bentuk perlawanan dan kepedulian terhadap bangsanya sehingga dapat
menumbuhkan rasa semangat dan patriotis pada masyarakat Palestina. Jika kita
telaah lebih jauh, sosok Mahmoud Darwish sangat berkaitan erat dengan rasa
humanisme. Karena
dalam dirinya terdapat jiwa besar seorang tokoh yang memiliki kepedulian tinggi
terhadap bangsanya. Dalam kondisi terpuruk seperti ini, Palestina sangat
membutuhkan sosok pemimpin yang dapat memperjuangkan tanah airnya; maka dari
itu hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap bangsa Palestina. Humanisme
yang dimunculkan Mahmoud Darwish ini sangatlah mendorong rakyat Palestina dalam
memberikan perlawanan yang cukup signifikan terhadap pemerintahan Israel.
Seperti yang kita ketahui bahwa puisipuisi yang ditulis oleh Mahmoud Darwish
merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan yang
dilakukan oleh Israel dalam jangka waktu yang panjang, bahkan hingga saat ini.
Mahmoud Darwish berupaya untuk membangkitkan kesadaran umat manusia di dunia,
khususnya bangsa Palestina untuk melawan penjajahan di muka bumi ini. Sebagai
penyair Palestina generasi pertama setelah pendudukan Israel, tentu saja ia
dijadikan sebagai aktor intelektual penting dalam transformasi sosial dan
memiliki peran untuk menghidupkan keautentikan bangsa dan tanah Palestina dalam
sastra.
Perjuangan bangsa Palestina dalam bidang sastra tidak bisa dianggap kecil, karena pada hakikatnya untuk memuliakan manusia melalui bahasa. Sumbangsih Mahmoud Darwish dalam kesusastraan Arab modern adalah memunculkan ideologi perlawanan dalam puisi yang bertumpu pada fondasi sosio-historis yang menumbuhkan kesadaran sosio-politik bangsa Palestina dan membuka mata dunia terhadap strategi besar kolonialisme Israel di dunia Arab. Ideologi perlawanan Maḥmoud Darwish ini tentu akan terus menguat sepanjang sejarah kehidupan bangsa Palestina hingga negara Palestina memperoleh kemerdekaannya.
Perjuangan bangsa Palestina dalam bidang sastra tidak bisa dianggap kecil, karena pada hakikatnya untuk memuliakan manusia melalui bahasa. Sumbangsih Mahmoud Darwish dalam kesusastraan Arab modern adalah memunculkan ideologi perlawanan dalam puisi yang bertumpu pada fondasi sosio-historis yang menumbuhkan kesadaran sosio-politik bangsa Palestina dan membuka mata dunia terhadap strategi besar kolonialisme Israel di dunia Arab. Ideologi perlawanan Maḥmoud Darwish ini tentu akan terus menguat sepanjang sejarah kehidupan bangsa Palestina hingga negara Palestina memperoleh kemerdekaannya.
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan