Albayaanaat.com - Pada pembahasan sebelumnya, pemakaian bahasa
pada media berorientasi pada pemakaian bahasa secara lisan. Namun, pemakaian bahasa
pada media sosial memiliki pola yang sedikit berbeda, yaitu beriorientasi pada
tulisan. Hal ini disebabkan oleh fungsi media sosial sebagai media menuangkan
ide-ide dan curahan hati di samping menjadi media interaksi dan komunikasi. Hal
ini sekaligus menjadi penyebab munculnya istilah-istilah baru dan penulisan
yang tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang sering dijumpai pada media sosial
facebook seperti tulisan-tulisan berikut. “Hadeeuuuewwwhhhh berat badan gua
naik lagi…” , “Gws untuk qw sendiri ya...” , “Ayo sesok leplesing....” , “Karna
aku tu chyang sma kamu.....”.
Pola penulisan dengan pertambahan huruf
Dalam penulisan pada media sosial, sering
ditemukan beberapa kata yang diberi tambahan huruf seperti kata “Hadeeuuuewwwhhhh”,
berasal dari kata “hadeh” yang bermakna sejenis keluhan.
Pola penyingkatan istilah bahasa Inggris
Istilah dalam bahasa Inggris seringkali
digunakan pada pemakaian bahasa sosial media. Berdasarkan data, ada dua bentuk
pola penyingkatan istilah berbahasa Inggris. Pertama, kata “GWS”, kepanjangan dari
“God well soon” yang bermakna “semoga lekas sembuh”. Kedua, “OTW”, kepanjangan dari
“on the way” yang bermakna “sedang di jalan”.
Pemakaian bahasa pada media masa kini juga menyeret ragam partikel dialek bahasa daerah yang digunakan, seperti pemakaian bahasa Indonesia dalam instagram oleh remaja daerah Poliwali Mandar. Penggunaan bahasa Indonesia yang dipengaruhi dialek Poliwali ini terkesan sangat menghemat penggunaan kata. Berikut contoh kutipan pemakaian bahasa oleh remaja Poliwalimandar dalam media instagram.
Pemakaian bahasa pada media masa kini juga menyeret ragam partikel dialek bahasa daerah yang digunakan, seperti pemakaian bahasa Indonesia dalam instagram oleh remaja daerah Poliwali Mandar. Penggunaan bahasa Indonesia yang dipengaruhi dialek Poliwali ini terkesan sangat menghemat penggunaan kata. Berikut contoh kutipan pemakaian bahasa oleh remaja Poliwalimandar dalam media instagram.
@maliksyaf : “ kasi komenta sekaligus doata ”.
Partikel ta’ merupakan kepanjangan dari kita,
yang berarti kamu atau kalian. Penghilangan konsonan seperti kata “kasih”
menjadi “ kasi’” yang disebabkan karena masyarakat di Sulawesi Barat khususnya di
Polewali Mandar menggunakan bahasa daerah Suku Mandar, ciri khas dari bahasa
tersebut diakhir katanya kebanyakan menggunakan tanda kutip satu (‘), sehingga
lidah orang Mandar yang terbiasa dengan penuturan seperti itu akhirnya
mempengaruhi ketika mereka memakai bahasa Indonesia.
@hamipoetry_naya : Eee kamu cucu pertamanya
pak Yasin met milad nak jadi kebanggaan kakek yasin yaaa sehat selalu rejeki
ngalir sukses dunia akhirat nak @maliksyaf. Kata “Nak” disini, menandakan kata sapaan
yang akrab dan santun di masyarakat Poliwali Mandar.
Selain itu, media juga dapat dijadikan lumbung
kreativitas anak bangsa yang dapat bersaing dengan kemajuan teknologi yang
serba canggih, mengembangkan ide-ide dan menuangkannya pada media teknologi,
khususnya yang mashur dikalangan remaja, seperti penciptaan meme di instagram. Pemilihan kata atau kalimat
memebiasanya disesuaikan dengan kondisi atau peristiwa yang masih
hangat-hangatnya terjadi pada saat itu.
Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksah. Terimakasih.
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan